Oleh Yurnaldi
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, Australia, terus berupaya memasyarakatkan dan meningkatkan pembelajar bahasa Indonesia. Itu karena sejak beberapa tahun terakhir minat pelajar untuk mempelajari bahasa Indonesia cenderung menurun.
"Lewat budaya, KJRI Melbourne menawarkan program school excursion workshop gamelan. Guru-guru melatih anak didiknya belajar gamelan sekaligus belajar bahasa Indonesia," kata Konsul Jenderal RI Budiarman Bahar, Minggu (11/4/2010) di Melbourne, Australia.
Berdasarkan data, pengajaran bahasa Indonesia mengalami penurunan cukup drastis, terhitung dari tahun 2002 sampai 2008. Di Victoria, pelajar yang mempelajari bahasa Indonesia pernah mencapai 106.000 orang. Kemudian dari tahun ke tahun terus berkurang dan saat ini terdapat sekitar 75.000 pelajar yang belajar bahasa Indonesia dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Budiarman menjelaskan, untuk mempertahankan pengajaran bahasa Indonesia, KJRI tahun 2009 mengundang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, untuk melakukan lawatan seni dan budaya di Melbourne, Victoria. Lawatan budaya dilakukan terutama ke sekolah-sekolah di Victoria yang mengajarkan bahasa Indonesia sekaligus tampil di acara Festival Indonesia 2009 di Melbourne.
"Dari data Department of Education and Early Childhood-LOTE programs, tercatat penurunan peminat sekitar 33 persen pelajar yang belajar bahasa Indonesia. Dari sebelumnya sekitar 106.284 orang tahun 2002 menjadi sekitar 71.528 orang tahun 2007," ujarnya.
Penurunan itu disebabkan travel advisory Pemerintah Australia yang memberi peringatan khusus, antara lain, kepada sekolah yang ingin berkunjung ke Indonesia.
Selain itu, lanjut Budiarman, juga karena kasus terorisme di Indonesia yang memengaruhi pandangan orangtua untuk mengizinkan anaknya melakukan study tour atau kunjungan sister school ke Indonesia. Termasuk pemotongan anggaran federal untuk pengajaran bahasa di sekolah-sekolah pada era pemerintahan John Howard.
Guru bahasa Indonesia di Cathedral College, Williams, mengatakan, selain karena travel advisory, berkurangnya minat pelajar Victoria mempelajari bahasa Indonesia juga karena faktor latar belakang akar budaya sehingga pelajar cenderung memilih bahasa Jerman, selain bahasa Inggris.
Menurut Budiarman, selain pelatihan gamelan, untuk menekan penurunan minat belajar bahasa Indonesia, KJRI melakukan berbagai upaya, antara lain kunjungan ke sekolah, lomba bahasa Indonesia, penghargaan murid berprestasi dalam bahasa Indonesia, dan partisipasi pada upacara HUT RI di Melbourne ataupun Canberra.
Sumber: Kompas, 13 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar